Di Indonesia, seperti halnya di mayoritas negara berkembang lainnya, tingkat kesenjangan gender masih
tinggi. Perempuan masih mengalami ketidakadilan akibat system budaya patriarki yang melekat di
dalam masyarakat Indonesiaantara lain keterbatasan pendidikan, hak atas informasi, ruang politik dan
pengambilan ruang keputusan di berbagai tingkatan, mulai dari rumah, komunitas hingga ranah publik
yang lebih luas. Kesenjangan semakin kuat akibat relasi kuasa yang timpang dan menempatkan laki-laki
memiliki kuasa yang lebih besar atas sumber daya alam seperti tanah, property dan sumber daya
lainnya.
Berbagai pengetahuan yang dimiliki oleh perempuan direduksi dan bahkan dihilangkan dalam kurun
waktu yang panjang. Revolusi hijau telah menjauhkan perempuan dari kekayaan alamnya, berganti
dengan pengetahuan “modern”. Hampir tidak ada yang membantah, bahwa ketika bicara kerusakan
lingkungan hidup dan dampak pembangunan, perempuan merupakan kelompok rentan yang terdampak
lebih besar, salah satunya disebabkan karena peran dan fungsi perempuan yang spesifik. Dalam
berbagai instrumen hukum baik nasional maupun internasional seperti CEDAW, telah mengakui hak
perempuan atas sumber-sumber kehidupannya. Namun dalam implementasinya, hampir semuanya
diabaikan oleh negara. Paradigma pengelolaan kekayaan alam kita menjauhkan perempuan, hampir di
banyak kesempatan, perempuan ditinggalkan dalam rencana pembangunan dari tingkat desa hingga
tingkat yang lebih tinggi. Salah satu dampak dari paradigma pembangunan yang patriarkal adalam
kekerasan berlapis yang dialami oleh perempuan, termasuk di dalamnya pemiskinan struktural yang
dialami oleh perempuan, yang lahir dari ketimpangan atas penguasaan dan pengelolaan kekayaan hutan.
![]() |
Ibu Rohana dari Sarolangun, sedang menceritakan kondisi Desa-nya kepada peserta kegiatan |
Padahal, hampir tidak ada yang mengingkari bahwa perempuan memiliki pengetahuan dan pengalaman yang sangat besar dalam pengelolaan sumber daya alam di Indonesia, khususnya mengelola sumber daya hutan. Filosofi bumi adalah ibu, hampir sebagian besar menjadi pegangan bagi masyarakat adat di berbagai wilayah di Indonesia, menandakan bahwa keterikatan perempuan atas hutan, tanah, air dan alamnya begitu besar. Bagi perempuan yang selama ini hidup di dalam atau sekitar hutan, hutan bukan sekedar pepohonan, tetapi hutan adalah sumber kehidupan, hutan sumber pangan dan sekaligus sumber obat-obatan yang selama ini menjadi tumpuan perempuan dalam hampir seluruh aspek kehidupannya.
Rudiansyah Direktur Eksekutif Daerah WALHI Jambi menjelaskan," tujuan kegiatan ini adalah memperkuat nilai dan kerja-kerja keadilan gender dalam langgam gerakan advokasi WALHI serta mengkonsolidasikan gerakan perempuan pejuang lingkungan hidup dalam mendorong agenda
yang berkeadilan gender".
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) telah menegaskan bahwa keadilan gender menjadi bagian
yang terintegrasi dalam perjuangan dan advokasi untuk mewujudkan keadilan ekologis di Indonesia.
WALHI sebagai bagian dari gerakan lingkungan hidup dan gerakan sosial di Indonesia menyadari begitu
besarnya perempuan dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Memiliki peran yang
strategis dalam keluarga, memperkuat komunitas, membangun dan memperkuat organisasi, serta
mengambil bagian penting dalam proses kehidupan berbangsa, dalam ranah politik salah satunya
dengan tujuan agar kebijakan negara berpihak kepada lingkungan hidup dan perempuan, dari tingkat
desa hingga kebijakan nasional.
"Dalam agenda kegiatan ini berbagi pengetahuan dan pengalaman dan mendokumentasikan inisiatif perempuan dalam
pengelolaan sumber daya alam dan penyelamatan lingkungan hidup merupakan tujuan di adakannya kegiatan ini" terang Rudiansyah selaku Direktur Eksekutif Daerah WALHI Jambi.
Untuk memperkuat kerja-kerja keadilan gender dan keadilan ekologis, WALHI menggagas temu nasional
perempuan pejuang lingkungan hidup, yang diharapkan menjadi sebuah momentum dan wadah untuk
merumuskan agenda politik perempuan dalam pengelolaan sumber daya alam dan perlindungan
lingkungan hidup, serta sekaligus mengkonsolidasikan aktivis WALHI yang selama ini bekerja mendorong
keadilan gender dalam perjuangan WALHI bersama dengan komunitas pejuang lingkungan hidup di
Indonesia.
Posting Komentar