Sejarah telah mencatat perempuan merupakan aktor kunci bagi keamanan pangan dunia. Pengetahuan
dan pengalaman perempuan dalam pertanian sangat menentukan ketersediaan pangan bagi rumah tangga
dan komunitas.
Di beberapa daerah misalnya di Jambi, relasi perempuan dengan tanah dibuktikan dengan sistem
perladangan yang disebut beumo. Sebuah sistem pertanian subsisten dengan memanfaatkan lahan untuk
ditanami padi dan tanaman sayurmayur dan buah-buahan.
Beumo yang mayoritas dikelola kelompok perempuan secara kolektif ini pernah berhasil menopang
kemandirian pangan di Jambi. namun sayangnya aktivitas tersebut perlahan hilang bersamaan dengan
Hadirnya konsesi Hutan Tanaman Industri dan perkebunan sawit.
Menurut Rudiansyah selaku Direktur Eksekutif Daerah WALHI Jambi menjelaskan tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan pemahaman kepada peserta terkait dengan bagaimana dimensi gender memposisikan
perempuan sebagai bagian Kelompok rentan telah kehilangan ruang hidupnya atau beragam bentuk
kerugian sosial ekonomi akibat konsesi HTI,Perkebunan sawit dan juga menemukan strategi untuk
mempromosikan posisi mereka sebagai bagian dari perjuangan Masyarakat untuk merebut wilayah kelola
Rakyat.
Semenjak hadirnya konsesi tersebut perempuan tidak memiliki ketersediaan pangan bagi keluarga, mereka
terpaksa bekerja serambutan dengan menjadi Buruh Harian Lepas dengan upah yang minim dan beban
kerja yang berat. Lebih jauh proses ektraksi tersebut telah mengabaikan pengetahuan dan pengalaman
perempuan sebagai penjaga pangan.
Selain itu, dari hasil temuan Beranda Perempuan beragam mekanisme baru penguasaan tanah posisi tawar
perempuan masih lemah bahkan suara dan partisipasi perempuan masih minim dalam pengambilan
keputusan dan implementasi berbagai alternatif skema pengelolaan hutan dan lahan.
Situasi tersebut terkait erat dengan berbagai bentuk relasi kekuasan berbasis gender, kelas sosial dan
berbagai faktor sosial budaya didalam komunitas mereka. pembahasan tentang penguasaan dan alternatif
pengelolaan lahan lebih cenderung memusatkan perhatian pada pertarungan antara negara dan
masyarakat lokal.
Masih terdapat keterbatasan perhatian pada heterogenitas masyarakat dimana gender memberikan
kontribusi penting dan mempengaruhi relasi komunitas dengan tanah. Beragam permasalahan yang
dihadapi oleh perempuan-perempuan dari berbagai
kelompok sosial di Jambi khususnya belum menjadi fokus utama dari para pihak yang bekerja untuk isu
lingkungan, sumberdaya hutan dan sumberdaya alam lainnya.
" adanya pemahaman tentang penyusunan panduan dan alat studi awal dampak konsesi bagi perempuan serta lahirnya kader-kader memiliki kemampuan dalam menjalankan studi lapangan berspektif gender adalah hasil yang diharapkan di dalam kegiatan ini ", terang Rudiansyah.
Berdasarkan persoalan tersebut, Beranda Perempuan Selama ini aktif melakukan pengorganisasian dan
kampaye keadilan gender dalam pengelolaan sumber daya alam berinisiatif untuk mengadakan pelatihan
dan studi gender. kegiatan ini diadakan untuk melahirkan kader-kader WALHI yang memiliki kemampuan
dalam melakukan studi dan dan pendampingan berspektif gender.
Posting Komentar