Bang, Aku Mawardi. Teman Arif.
Arif Meninggal setengah jam yang lalu
03.15 – 7 Juni 2017
Suara hening menjelang sahur membuyarkan rasa kantuk saat menerima
telephone. Sejenak aku terpaku. Darah tersirap. Lutut rasa lunglai.
Entah mengapa ada rasa airmata mengalir tidak terasa.
Kabar duka
yang kuterima dinihari kemudian membuat aku terpana. Aku memerlukan
waktu sejenak untuk menarik nafas dan kemudian mengabarkan teman-teman.
Pertama sekali yang terbayang ketika menjelang bulan Puasa, Arif
Munandar datang ke Jambi setelah dari Bangko menyelesaikan tugas
“pemantauan” dengan Bucek (Ketua Dewan Daerah Walhi Jambi 2011 – 2016).
Masih terngiang ketika dia mempresentasikan hasil menakjubkan dari
lapangan.
Kedatangankupun tidak sengaja mampir ke Walhi Jambi.
Setelah mengikuti prosesi Pengambilan Sumpah sebagai anggota kehormatan
DPC Peradi Jambi, aku mampir ke Walhi Jambi. Aku sengaja memilih
menunggu putraku yang mengikuti perpisahan SD. Tugas rutin antar jemput
putraku sekolah.
Disana aku lihat Arif mempresentasikan hasil
dari lapangan. Disana mereka diskusi cukup serius dengan Rudiansyah
(Direktur Walhi Jambi).
Diskusipun mengalir. Sebagai orang yang
suka “memprovokasi”, aku sering mengajak berdebat terhadap penggunaan
drone yang dipromosikan Arif. Diskusipun sepakat dilanjutkan untuk
menemui teman-teman yang di lapangan terutama sekalian silaturahmi ke
rumah Dudung (dudung biasa dipanggil yang menjadi anggota Dewan Daerah
Walhi Jambi 2011 – 2016).
![]() |
Aksi Arif Munandar, Tahun 2005 |
Setelah dari rumah
Dudung, kamipun mampir di rumah makan “Dua Saudara” depan kedaung hingga
pukul 04.00. Saya kemudian diberitahu keesokan harinya Arif kemudian
pulang ke Pontianak.
“Kegigihan” Arif mempresentasikan Drone
didalam melakukan investigasi dan data sebagai pembuatan peta merupakan
“ciri khas” dari Arif. Sebagai orang yang gigih memperjuangkan gagasan,
cara ini sudah lama kukenal sejak tahun 2005. Di masa periode ke Feri
Irawan (Direktur Walhi Jambi 2000 – 2008), Arif mempunyai stamina
panjang terhadap gagasan.
Ingatan kemudian terbayang tahun 2005.
Sebagai “penggemar” komputer, Arif-lah yang mengajarkan saya tentang
editing Film. Dengan menggunakan computer jangkrik, 3 bulan kemudian
saya diajarkan tentang editing Film. Pengetahuan dasar yang justru
kemudian tidak saya kembangkan lagi.
Memasuki paruh 2006, Arif
kemudian memimpin demonstrasi Walhi Jambi menggelar protes kedatangan
Menteri Lingkungan ASEAN di depan Novotel. Sejarah memimpin demonstrasi
menjadi pintu masuk karir panjang sebagai aktivis yang kemudian memilih
jalanan.
Namanya kemudian melambung ketika melakukan
demonstrasi di forum internasional COP Bali 2007. Sebuah prestasi yang
kemudian mengantarkan kemudian menjadi pimpinan rombongan utusan Walhi
Jambi di forum Kongres Rakyat Indonesia dan kemudian menjadi Ketua
panitia Kongres Rakyat Jambi.
Sehingga tidak salah kemudian Arif
menjadi pemenang mutlak di PDLH Walhi Jambi tahun 2008. Saya kemudian
menjadi Ketua Dewan Daerah hingga tahun 2011. Waktu itu periode
kepengurusan dalam rentang waktu 3 tahun.
Memasuki PNLH 2008 di
Yogyakarta, kepiawaian Arif teruji. Dengan hanya anggota 4 suara, Arif
menjadi tim sukses Berry Nahdian Furqon dan melaksanakan mandate PDLH
Walhi Jambi 2008 dengna mengantarkan Feri Irawan sebagai anggota Dewan
Nasional. Komponen struktur Walhi yang cukup dihormati (semacam
legislative di Walhi). Kepiawaian Arif kemudian membuat Arif
diperhitungkan di kancah nasional.
![]() |
protes kedatangan Menteri Lingkungan ASEAN di depan Novotel. |
Memasuki tahun 2009, Arif
menjadi “leader” kampanye melawan raksasa pulp and paper. Sinarmas.
Bersama-sama dengan Greenpeace yang dipimpin Nurhidayati (sekarang
Direktur Walhi), suara Arif menggelar dan menusuk perlawanan.
Dalam forum-forum Walhi, peran politik Arif diperhitungkan. Sikap tanpa
kompromi dengan Sinarmas membuat “denyut nadi” sering berpacu.
Sebagai Ketua Dewan Daerah, kesulitan mengikuti langkah Arif cukup
menyita energy. Langkah zigzag dan cenderung tanpa analisis mendalam
membuat, saya harus memperbaiki didalam mendesain advokasi berhadapan
dengan agenda advokasi. Belum lagi pasukan di internal Walhi Jambi yang
sering “keteter” mengikuti langkahnya yang cenderung frontal dan tidak
sistematis. Cara ini kemudian sering harus diselesaikan didalam “forum
terbatas” untuk mengatur stamina Arif yang cenderung “keras” dan tidak
kenal kompromi.
Namun sebagai organisasi advokasi, berbagai
langkah yang diambil Arif kemudian dikuat ditataran aplikasi. Dan tugas
itu kemudian banyak didiskusikan diinternal Walhi Jambi dengan Dewan
daerah.
Setelah “berhasil” mengusir PT. DAM (anak group
Sinarmas), konsep Hutan Desa kemudian menguat. Walhi Jambi bersama-sama
dengan KKI-Warsi, Pundi Sumatera dan LTB kemudian membangun “Poros
Masyarakat Kabupaten Merangin (PMKM)’. Dengan konsep hutan Desa, PMKM
kemudian mengusulkan hutan Desa seluas 49.501 hektar di 17 Desa.
![]() |
kampanye penyelamatan harimau sumatra |
Pertimbangan politik mengusulkan hutan Desa adalah konsep pragmatis
disaat Negara belum menyediakan peraturan tentang Hutan Adat. Sebuah
konsep yang digagas berbagai kalangan nasional.
Keputusan Walhi
Jambi mengusung Hutan Desa adalah keputusan politik. Dan tugas ini
kemudian banyak dijalani oleh Bucek, Edi Endra, Tono dan Rudiansyah di
lapangan. Sedangkan saya kemudian memberikan analisis dan desaian
advokasi sehingga tidak bertabrakan dengan statute dan nilai-nilai
Walhi. Sebuah pekerjaan besar yang kemudian mengambil porsi advokasi
yang menyita energy.
Dalam kesempatan terpisah, saya kemudian
memberikan dukungan kepada Arif. “Kerjakan tugasmu dengan tulus. Waktu
kemudian yang menjawab. Apakah pilihan kita yang salah atau benar.
Berjaringan itu perlu. Namun perbanyak pekerjaan di lapangan”. Sebuah
dukungan yang kemudian dibuktikan Arif.
Memasuki tahun 2010,
sebuah peristiwa penting terjadi. Penangkapan 2 orang Staf Walhi
Bengkulu memantik dukungan dari Arif. Arif kemudian mengorganisir
perangkat Walhi Jambi dan kemudian “menugaskan” saya untuk mendampingi
teman-teman Walhi Bengkulu. Kami kemudian berangkat ke Bengkulu dan
dukungan ini kemudian membuktikan “siapa sebenarnya Arif”. Tidak rela
teman menderita apalagi masyarakat yang teraniaya. Sebuah keteladanan
yang saya teruskan ketika dilakukan penangkapan terhadap Anwar Sadat
(Direktur Walhi Sumsel tahun 2013).
![]() |
aksi climate justice di Bali, 2007 |
Saya kemudian
menjadi “sadar” memiliki Direktur dengan kapasitas Arif membuat degup
jantung terpacu. Belum lagi “keteteran” harus mengikuti langkah Arif
yang terkenal keras dan tidak kompromi.
Perjalanan panjang sejak
tahun 2005 membuat saya kemudian mengenal Arif sebagai tipikal aktivis
jalanan. Arif bukanlah lahir dari Rahim organisasi kepemudaan. Arif juga
tidak dilahirkan dari organisasi gerakan. Namun dengan bersentuhan
langsung kasus-kasus rakyat membuat bacaan tentang gerakan kemudian
mudah dipatahkan dengan fakta-fakta di lapangan. Perdebatan panjang
didalam melihat persoalan kemudian “mematangkan” arif untuk mematangkan
gagasan. Arif kemudian cepat belajar dari masyarakat dan interaksi
dengan nasional kemudian menempatkan. Arif mendapatkan asupan berbagai
informasi dan strategi advokasi yang “kukuh” mempertahankan pendapatnya.
Cara ini kemudian effektif sehingga Walhi Jambi cukup memainkan
peran-peran politis. Baik di kalangan Walhi maupun jaringan
internasional.
Saya kemudian mendapatkan informasi terpisah.
Jaringan nasional maupun jaringan internasional yang dibangun Arif
kemudian menempatkan. Arif orang baik. Sehingga orang tidak mau kemudian
memberikan informasi yang tidak mendukung Arif. Dengan gaya
meledak-ledak, membungkam lawan ditambah dengan pengetahuan dari
lapangan membuat Arif menjadi “rising star’. Arif kemudian mampu menjadi
bagian dari desain advokasi. Arif menjadi warna didalam melihat
advokasi.
Di kalangan pergaulan, ucapan “lur” berasal dari kata
“dulur” atau sahabat begitu menggema. Ucapan itu kemudian menjadi trade
mark didalam masa perjalanan politik di Walhi. Hingga sekarang, ucapan
“lur” adalah generasi didalam lintasan sejarah politik Arif. Ucapan ini
kemudian bergeser menjadi panggilan “Ketua’ setelah periode politik
Arif. Saya kemudian mudah tracking terhadap panggilan “lur’.
Memasuki periode ke 2, Arif kemudian menang dan menjadi Direktur Walhi
Jambi. Namun dengan alasan “keluarga”, Arif kemudian memilih untuk
menetap di Pontianak. Sebuah alasan yang tidak dihindarkan dan
manusiawi.
Sehingga ketika dilakukan PDLH-LB Walhi Jambi
kemudian “menugaskan” saya untuk menggantikannya. Praktis selama 4 tahun
saya memimpin, jaringan yang sudah dibangun kemudian dilanjutkan. Tidak
ada yang istimewa dibandingkan pondasi yang telah diletakkan Arif.
![]() |
Hari Bumi, 2011 |
Saya kemudian mengetahui Arif “mempromosikan” drone sebagai alat
advokasi dan investigasi di abad modern. Dalam berbagai forum, gagasan
menggunakan drone membuat Arif membuat jalan baru (roadmap). Sebuah
jalan yang kemudian terbukti menjadi bagian dari berbagai program yang
kemudian effektif membongkar kejahatan korporasi dan praktis didalam
investigasi.
Kedatangan ke Jambi menjelang bulan Ramadhan adalah
bagian dari rencana dan gagasan besar yang terus dikerjakan dengan
tekun. Berbagai rencana kemudian disusun dan menjadi pekerjaan besar
yang akan dilakukan.
Namun belum diwujudkan berbagai gagasan,
suara telephone dipagi hari membuyarkan impian. Saya kemudian tersentak
dan terbangun. Orang baik, gagasan besar terlalu cepat meninggalkan
kenangan.
Saya kemudian teringat kisah Soe Hock Gie. Tokoh yang dikagumi Arif. Orang Muda terlalu cepat pergi.
Selamat jalan, lur. Cita-cita besarmu akan diteruskan oleh orang-orang yang mengenalmu.
Penulis : Musri Nauli
Penulis : Musri Nauli
Posting Komentar